'Euforia Boleh, Eksploitasi Pemain Jangan'

Euforia luar biasa yang melanda Indonesia pasca kesuksesan tim 'Merah Putih' lolos ke final Piala AFF 2010 sah-sah saja. Tapi kalau sampai berujung pada eksploitasi berlebihan kepada para pemain, hal itu tentu sangat disayangkan.
Selama beberapa pekan terakhir, masyarakat Indonesia dilanda euforia luar biasa. Keberhasilan melaju ke partai puncak Piala AFF 2010 membuat para pemain timnas Indonesia dielu-elukan bak pahlawan. Nama-nama mereka langsung populer di semua kalangan masyarakat. Kaos merah dengan lambang Garuda di dada pun mendadak laris manis di pasaran.

Final semakin dekat, aktivitas para pemain juga makin padat. Bukan oleh agenda latihan dan pemantapan strategi dari Alfred Riedl, tapi oleh kegiatan yang sama sekali tak berkaitan dengan persiapan jelang laga final. Misalnya kunjungan ke rumah Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan doa bersama di sebuah pesantren jelang keberangkatan ke Malaysia.

Banyaknya aktivitas tambahan timnas Indonesia ini sangat disayangkan oleh pengamat sepakbola M. Kusnaeni. Menurutnya, padatnya aktivitas non teknis telah membuat konsentrasi pemain tak utuh lagi.

"Fokus pemain jadi agak buyar. Terlalu banyaknya aktivitas di luar lapangan membuat konsentrasi pemain berkurang. Yang tadinya mereka bisa konsentrasi 90 menit, sekarang nggak 90 menit lagi," ujar pria yang akrab disapa Bung Kus ini saat berbincang dengan detikSport lewat sambungan telepon.

Menurutnya, demam timnas dan Piala AFF memang bukan hal yang salah. Tapi kalau pada akhirnya pemain jadi korban karena terus dieksploitasi, hal ini tentu sangat disayangkan.

"Pendukung yang terlalu menggebu, pengurus yang terlalu banyak publisitas. Euforia itu biasa, tapi eksploitasi ke pemain itu yang mengurangi konsentrasi," tegas Bung Kus.

Sumber: detiksport.com