Metro TV, melalui acara "Metro Hari Ini" edisi Rabu, 22 Desember 2010, mewartakan kemungkinan sulitnya TKI di Malaysia menyaksikan final sepakbola Piala AFF 2010 di Stadion Nasional Bukit Jalil, pada hari Minggu 26 Desember, karena terhalang masalah izin yang belum tentu didapat serta harga tiket yang cukup mahal untuk ukuran kantong para TKI.
Terhadap isi berita tersebut ingatan penulis melayang ketika masih tinggal di Duesseldorf, Jerman, saat berlangsungnya Piala Eropa 2008 di Austria dan Swiss. Saat itu, begitu Turki mengalahkan Kroasia melalui adu penalti dan memastikan satu tempat di semifinal untuk menghadapi Jerman yang sudah lolos terlebih dahulu, berbagai kota besar di Jerman riuh rendah dengan pawai kendaraan bermotor dari para pendukung Turki. Pusat-pusat kota besar di Jerman seperti Berlin, Frankfurt, Dortmund, atau Koeln hingar bingar karena bunyi klakson dan deru mobil.
Warga Keturunan Turki di Jerman memang tidak bisa dibilang sedikit. Ia menduduki urutan teratas jumlah imigran yang tinggal di Jerman. Pada sensus 2006, tercatat 1.738.831 pemegang paspor Turki yang tersebar di berbagai kota, besar dan kecil.
Untuk menyambut pertandingan semifinal itu, di depan ciri khas Kota Berlin, Brandenburger Tor, dibangun layar lebar yang bisa menampung sekitar 500 ribu penonton. Selang beberapa hari sebelum pertandingan, Walikota Berlin, Klaus Wowereit, kepada kantor berita Jerman Deutsche Presse Agentur, menyatakan bahwa layar lebar itu akan menjadi arena pesta persahabatan Turki-Jerman. Ia percaya bahwa pendukung kedua belah pihak akan menunjukkan sikap saling menghormati.
Untuk lebih memeriahkan pesta persahabatan tersebut, menurut laporan harian Bild edisi senin, 23 Juni 2008, beberapa perusahaan besar seperti Opel, Porsche, ABB serta Alstom telah mengumumkan pengurangan jam kerja bagi shift siang, yang seharusnya berlangsung dari jam 14.00-22.00 serta pembatalan shift malam, mulai jam 22.00-06.00 keesokan harinya.
Pengurangan jam kerja ini tentu saja dimaksudkan agar para buruh, yang banyak di antaranya warga negara Turki, bisa leluasa menyaksikan pertandingan semifinal yang akan kickoff pada jam 20.45 waktu setempat. Werner Neugebauer, ketua wilayah Bayern dari IG Metal, organisasi serikat buruh yang membawahi industri logam, tekstil dan pakaian, serta industri kayu, sangat menganjurkan industri-industri yang lain memberikan izin para buruhnya agar bisa menyaksikan pertandingan semifinal itu.
Dalam kaitannya dengan pertandingan final Piala AFF 2010 yang akan mempertemukan tim Indonesia dan Malaysia, dan mengingat banyaknya TKI yang bekerja di Malaysia, yang saat ini diperkirakan sekitar 2 juta orang, penulis berharap otoritas tenaga kerja di Malaysia bisa mencontoh kejadian di Jerman sebagaimana digambarkan di atas. Syukur-syukur, di tempat terkonsentrasinya para TKI dibuat fasilitas untuk nonton bareng.
Jika itu bisa dilakukan, maka layaklah kalau sepakbola menjadi faktor yang bisa mempererat persahabatan Malaysia-Indonesia dan sekaligus sebagai pereda dari pelbagai ketegangan yang terjadi diantara kedua negara tahun-tahun terakhir ini.
Dan dengan itu pula, pendapat Der Bundestrainer Joachim Loew, yang diutarakan seusai memimpin latihan menjelang pertandingan semifinal Piala Eropa saat itu pantas digemakan kembali. Loew menyatakan , "es handelt sich um ein Fußballspiel und das darf die deutsch-türkische Freundschaft nicht belasten: ini hanyalah pertandingan sepakbola dan karena itu, tidak boleh mengotori persahabatan antara Jerman-Turki".
Dalam konteks hubungan Indonesia-Malaysia, kutipan itu ingin menegaskan kembali bahwa urusan sepakbola Piala AFF 2010 ini hendaknya tetap dipertahankan di jalur olahraga dan tidak perlu ditarik-ulur ke urusan politik atau yang lainnya. Terlalu berlebihankah keinginan seperti ini?
Sumber: detiksport.com