Kehadiran Alfred Riedl sebagai pelatih timnas Indonesia membuat prestasi 'Merah Putih' mulai menanjak. Namun di balik sukses Riedl, ada sosok kepercayaannya, Wolfgang Pikal.
Pikal adalah asisten pelatih Indonesia selain Widodo Cahyono Putro. Sama dengan Riedl, Pikal juga seorang yang berkewarganegaraan Austria.
Sosok Pikal menarik perhatian karena pria 43 tahun itu fasih berbahasa Indonesia. Alhasil, Pikal-lah yang bertugas melakukan konferensi pers menjelang pertandingan di AFF Suzuki Cup 2010 serta menerjemahkan ucapan Riedl dalam temu pers usai laga.
Tak cuma itu, Pikal sangat membantu Riedl dalam urusan teknis. Pikal sering memimpin pemanasan dalam latihan, hingga menyiapkan slide PowerPoint untuk menjelaskan taktik dan strategi Riedl kepada para pemain.
"Dia tahu Bahasa Indonesia saya cukup bagus dan saya juga bisa melatih," ujar Pikal seperti dilansir situs resmi turnamen.
"Saya tahu bagaimana dia melatih dan apa yang dia inginkan dari sesi taktik kami. Jadi, saya mencoba membuat presentasi di komputer dan setelah dia melihatnya, kami akan berdiskusi sebelum menyajikannya ke pemain. Saya akan berpresentasi dalam Bahasa Indonesia dan Riedl akan menghentikan presentasi dalam beberapa momen untuk menunjukkan maksudnya kepada pemain," paparnya.
Kebiasaan Riedl untuk tidak menghadiri konferensi pers sebelum laga memang disengaja dan Pikal-lah yang kemudian akan angkat bicara. Hal itu sah-sah saja karena memang tidak ada kewajiban untuk melakukannya.
"Dia cukup percaya kepada saya dan mengizinkan saya untuk bicara atas nama tim," tukas Pikal.
Pikal lahir di Wina, Austria, dan memulai karir sepakbola sebagai gelandang di klub Divisi 2 Austria, SR Donaufeld, dan kemudian tim Divisi 3 SK Baumgarten. Namun cedera engkel parah memaksanya menutup karir di usia sangat muda, 22 tahun.
Untuk menghilangkan kesedihan akibat pensiun dini, Pikal kemudian memutuskan untuk bertualang keliling dunia. Saat ia mengunjungi Bali, ia jatuh cinta dengan seorang perempuan Indonesia dan akhirnya menikahinya. Tahun 1990, pasangan suami istri itu mendirikan usaha tekstil dan Pikal pun tinggal di Indonesia.
Tetapi gairah sepakbola Pikal tidak lantas padam. Ia kemudian berkenalan dengan Dick Buitelaar, pria Belanda yang melatih Perseden Denpasar. Buitelaar melihat bakat melatih Pikal dan menyarankannya mengambil kursus-kursus kepelatihan.
Pikal adalah seorang pembelajar yang baik. Buktinya, Pikal memiliki lebih dari 20 sertifikat kepelatihan yang ia dapat dan pernah juga mengunjungi Arsenal, Aston Villa dan Ajax Amsterdam untuk mengasah kemampuan.
Perkenalan Pikal dengan Riedl terjadi pada tahun 2008. Dimulai dari surat elektronik, Pikal mengirim beberapa DVD latihan sepakbola kepada Riedl melalui adik ipar Riedl di Austria. Saat Riedl mengasuh klub Vietnam, Haiphong, Pikal menemui Riedl di sana.
"Saya tinggal dua pekan di sana melihat apa yang ia lakukan dan kami jadi teman akrab. Saat saya pulang, dia bilang akan menghubungi saya bila dia bekerja di Indonesia," kenang Pikal.
Jauh sebelum menjadi kandidat asisten pelatih Indonesia, Pikal punya kegemaran positif, yakni melakukan riset terhadap timnas 'Merah Putih'. Pikal juga rajin menyaksikan pertandingan Liga Indonesia, baik secara langsung maupun lewat televisi.
Menjelaskan mengenai dirinya, Pikal menyebut bahwa ia separuh Austria dan separuh Indonesia.
"Saya merasa lebih Austria dalam hal melatih mengingat disiplin dan etos kerja yang harus dijunjung tinggi dalam latihan maupun dalam pertandingan," ujar Pikal.
"Tapi saya juga merasa sangat Indonesia, mengingat saya sudah tinggal di sini sangat lama. Saya sudah tinggal di sini 20 tahun. Saya menikahi orang Indonesia, punya anak-anak di Indonesia dan saya cinta negeri ini dan saya cinta orang-orangnya. Membantu Indonesia memenangi Piala AFF akan sangat berarti buat saya," tutupnya.
Sumber: detiksport.com